Google Doodle : Donald Pandiangan, Atlit Panahan dari Sidikalang

Redaksi
11 Des 2022 20:39
Sorotan 0 545
2 menit membaca

SURABAYA – 77 tahun yang lalu, Donald Pandiangan, sang putra terbaik bangsa dilahirkan. Di Sidikalang Sumatera Utara, 12 Desember 1945. Ia merupakan anak kesepuluh dari sebelas bersaudara.

Donald Pandiangan kelak mengukir prestasi dunia, sebagai atlit panahan Asia berjulukan Robin Hood Indonesia.

Alumni SMA Taman Madya Jakarta ini mengawali karir sebagai pegawai Perum Angkasa Pura. Di jawatan itu pula, Donald mulai mengenal olahraga panahan.

Berbekal busur pemberian Direktur Angkasa Pura, Soetardjo Sigit. Donald selanjutnya rajin berlatih dan bergabung dengan klub panahan Angkasa Pura.

Sadar usianya yang tak lagi muda sebagai atlit, yakni 25 tahun. Donald menempa diri, berlatih keras, meregangkan busur, melepaskan anak panah, menyusur mencapai target secara terukur.

Tiga tahun berlatih, membawa Donald sebagai jawara cabang olahraga panahan. Ia meraih medali emas di Gelaran PON Surabaya tahun 1973 yang baru pertama diikutinya.

Prestasi gemilang itu berulang, di PON Jakarta tahun 1977. Bukan hanya menyabet medali emas, Donald juga sukses memecahkan rekor dunia pada nomor recurve 70m.

Prestasi atlit terus menerus dia ukir. Bukan hanya kelas nasional, Donald kemudian menjajaki panggung asia. Di Sea Games tahun 1977 sampai 1987, memboyong medali emas telah menjadi tradisi.

Pada nomor individual recurve, individual recurve 30m, individual recurve 50m, individual recurve 70m, individual recurve 90m, dan team recurver, misalnya. Donald juga menyapu bersih semua emas.

Dari situlah julukan Roobin Hood Indonesia melekat pada diri Donald Pandiangan.

Meski mulus merengkuh prestasi gemilang sebagai atlit panahan, bukan berarti jalan Donald tak ada aral melintang. Mimpinya ikut di ajang Olimpiade Uni Sovyet tahun 1980, kandas. Indonesia tak mengirim satu atlit pun ke negeri beruang sebagai bentuk protes atas serangan Uni Sovyet ke Afghanistan.

Walau begitu, Donald tak patah arang. Begitu tak bisa berlaga, ia tetap berupaya mewariskan keahlian membidikkan anak panah ke atlit asuhannya. Melalui tangan Lilies Handayani, Nurfitriyana Saiman, dan Kusuma Wardhani, cita-cita menang pada gelaran Olimpiade akhirnya terwujud.

Untuk pertama kalinya dalam 36 tahun, Indonesia memperoleh medali. Satu dari tiga srikandi Indonesia sukses merebut medali perak pada Olimpiade 1988 di Seoul, Korea Selatan.

Setelahnya, Donald nampak menghindar dari sorotan publik. Perlahan ia mundur dari dunia panahan. Walau sesekali hanya sekedar mengobati rasa rindu, tetap saja tangannya tak berhenti meregangkan busur. Di sela aktivitas memanah ini juga, Donald terjatuh. Saat usianya hampir menginjak 63 tahun.

Tepatnya tanggal 19 Agustus 2008, Sang Roobin Hood Indonesia menghembuskan nafas terakhir.