SURABAYA, Jatim Today – Kasus penganiayaan berujung kematian yang dilakukan senior terhadap yunior di Politeknik Pelayaran Surabaya (Poltekpel Surabaya) Jalan Gunung Anyar Boulevard, akhirnya terungkap. Seorang mahasiswa berinisial AJP (19) warga Jalan Banyu Urip, Kota Surabaya, Jawa Timur, ditetapkan polisi menjadi tersangka.
Kasi Humas Polrestabes Surabaya, Kompol Muchamad Fakih, dalam keterangan pers mengatakan, penetapan tersangka AJP setelah penyidik kepolisian memeriksa 12 saksi atas dugaan penganiayaan senior ke junior di kampus tersebut.
Dalam pemeriksaan itu, tersangka AJP diduga melayangkan pukulan ke arah perut korban dan membuat korban Rio Ferdinan Anwar (20) warga Bangsal, Mojokerto, Jawa Timur, tumbang dan akhirnya meninggal dunia setelah dilarikan ke rumah sakit.
“Tersangka ini memukul korban sebanyak dua kali di bagian perut yang membuat korban tumbang saat itu,” kata Fakih, Kamis (9/2/2023).
Peristiwa maut itu dikatakannya, terjadi pada hari Minggu tanggal 5 Februari 2023 lalu, sekitar pukul 19.30 WIB.
Fakih menjelaskan, saat itu korban berada di ruang makan kemudian diajak empat seniornya, salah satu AJ, untuk pergi ke toilet asrama.
Di toilet, korban langsung mendapat penganiayaan dengan cara dipukul beberapa kali di bagian perut dan wajahnya hingga terdapat luka luar di bagian bibir bawah dan dagu.
“Saat mendapat pukulan dari tersangka ke arah perut, korban langsung terjatuh,” lanjut dia.
Korban kemudian dibawa ke rumah sakit hingga akhirnya meninggal dunia pada hari Senin (6/2/2023) dini hari.
Dari hasil pemeriksaan sementara terhadap jenazah korban, kata Fakih, penyebab utama korban meninggal dunia karena luka di perut.
“Penyebab meninggalnya korban karena sakit di ulu hati,” ucapnya.
Jenazah Rio selanjutnya dimakamkan di pemakaman umum Desa Puloniti, Kecamatan Bangsal, Kabupaten Mojokerto.
Kendati telah ditetapkan satu tersangka dalam kasus penganiayaan ini, Fakih mengungkapkan, pihaknya masih mendalami kemungkinan adanya tersangka baru.
Dalam kejadian ini, Fakih memastikan tidak ada motif dendam antara pelaku terhadap korban.
“Pengakuannya karena pembinaan senior ke junior, kami sangat menyayangkan masih adanya budaya pemukulan di lingkungan kampus,” pungkasnya.
Tidak ada komentar